Chapter 37 Strongest Sage, Mendapatkan Dorongan
"Jadi ini rupanya arena
Ibukota Kerajaan...."
Harinya pertandingan
interpersonal.
Aku, para guru, dan anggota
lainnya pergi ke arena ibukota kerajaan.
Para siswa lainnya akan
mendukung kami, tetapi mereka bertindak secara terpisah.
"Kamu belum pernah
melihatnya, Mathi-kun?"
"Yeah. Karenanya,
satu-satunya tempat yang aku tahu di ibukota adalah sekolah kita. Dan
blacksmith waktu itu aku rasa."
Aku tidak benar-benar tertarik
pada arena karena sebagian besar mengadakan pertempuran tiruan dengan chant
magic.
Yah, sihir yang dipakainya
sama dengan yang aku kira, jadi tidak ada masalah khusus
"Sekarang setelah kamu
menyebutkannya, pengetahuan Mathi-kun tampaknya cukup miring ‘bukan... Aku
harap tidak ada Heaven-sent Child of Magic yang berpartisipasi tahun
ini...."
"Heaven-sent Child of
Magic?"
Ada apa dengan nama divine
itu. Aku tidak pernah mendengarnya.
"Ada beberapa kali ketika
Akademi Kedua memiliki siswa yang kuat yang sepertinya akan menang. Tapi selama
tahun-tahun itu, Akademi Pertama selalu memiliki seseorang yang lebih kuat
sebagai leadernya...."
"Mereka luar biasa kuat
setiap kali itu terjadi, jadi orang-orang memanggil mereka『Heaven-sent Child of
Magic』. Jika aku tidak salah, komandan divisi sihir
sebelumnya juga salah satunya... Yah, aku bahkan tidak merasa『Heaven-sent Child
of Magic』dapat bertahan melawan Mathi, kita pasti akan
baik-baik saja."
Begitu ya. Itulah apa tentang『Heaven-sent Child of
Magic 』ya. Orang-orang yang sangat kuat juga kadang-kadang
muncul di kehidupan masa lalu-ku, tetapi waktunya bertepatnya saat ini.
Tidak yakin seberapa besar
artinya “luar biasa kuat”, yah, aku akan mengetahuinya ketika aku melihatnya.
Jika mereka tidak terlalu
kuat, ada kemungkinan bahwa pertandingan berakhir terlalu cepat dan kami tidak
punya waktu untuk menunjukkan kekuatannya dari chantless magic.
Aku harap seseorang yang cukup
tangguh muncul.
Aku pergi menuju ruang tunggu
sambil memikirkan itu, namun....
◇
"Ne. Umat manusia dan
demon saling bermusuhan ‘kan?"
"Mereka selalu menjadi
musuh terbesar umat manusia sejak dulu kala... Ada apa dengan itu?"
Alma menjawab dengan tatapan
“kenapa kamu menanyakan yang sudah jelas” di wajahnya.
"Yah, aku hanya ingin
tahu. Selain itu, ia benar-benar ada di sini. Para Heaven-sent Child of Magic
itu. Ia memang seorang monster."
Aku bergumam sambil memeriksa
reaksi mananya.
Ruang tunggu dari Akademi
Pertama dan Akademi Kedua berjarak 100 meter, sehingga memeriksa mana mereka
bukanlah tugas yang sulit
Jika itu benar-benar para
Heaven-sent Child of Magic, ia tentunya memiliki kekuatan yang tak tertandingi
bagi siswa lainnya, seperti yang dikatakan Ruli kepada-ku.
"Dari ruang tunggu
Akademi Pertama, aku bisa merasakan suatu kekuatan yang kuat.... Atau lebih
tepatnya, suatu kekuatan aneh."
"Itu benar... Atau lebih
tepatnya, menurut-ku itu bahkan bukan reaksi mana dari seorang manusia.... Jika
Mathi bahkan menganggap mereka kuat, apakah mereka sangat berbahaya?"
Berkat pelatihan satu bulan
mereka dengan【Passive Detection】, sepertinya
mereka berdua menyadari keanehan dari mana ini.
Aku rasa kuantitas mananya
sekitar 10 kali milik-ku.
Jujur saja ia merupakan
seorang monster——atau
lebih tepatnya, pasti demon.
Menilai dari reaksi mananya,
kemungkinan besar seorang tipe demon yang mahir dalam penyamaran dan dengan
kekuatan pertahanan yang tinggi. Aku rasa fakta bahwa ia bukan tipe yang kuat
menyerang karena lapisan silver di sini.
Demon biasanya memiliki
kemampuan untuk menyembunyikan reaksi mana mereka, tetapi mereka mungkin
berpikir mereka tidak perlu melakukan itu sekarang karena【Passive
Detection】telah dilupakan oleh manusia.
"Kalian berdua, dengarkan
aku."
"Ada apa?"
"Jika leadernya musuh
seperti yang sudah akuduga, ini akan sangat berbahaya. Karena itu, aku ingin
kalian berdua mengalahkan kedua siswa selain si『Heaven-sent Child of Magic』dan
kemudian segera melarikan diri. Serahkan sisanya pada-ku."
"Tapi, arenanya memiliki defensive
magic...."
"Itu mungkin untuk
defensive magicnya bisa ditembus.
Jika kita hanya berbicara tentang output sihir, pihak lain jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan diri-ku."
Yah, itu jika kami hanya
berbicara tentang output sihir.
"Melampaui Mathi-kun,
pastinya tidak mungkin seorang manusia..."
Memang bukan.
Aku ingin menyembunyikan fakta
bahwa aku mengetahui identitas asli musuh dari musuh itu sendiri selama
mungkin.
Itu sebabnya, inilah saatnya
untuk memberitahu mereka rencanaku.
Suara dari sorakan bergema di
arena setelahnya.
Pintu ruang tunggu kemudian
dibuka.
"Sudah waktunya, silakan
masuk ke arena."
"Kami hanya harus
mengalahkan keduanya selain si leader ‘kan?"
"Dan kemudian kami
melarikan diri..."
"Itu rencananya. Kalau
begitu, ayo pergi!"
Kami pergi ke arena dari pintu
yang terbuka.
Seorang petugas chanting sebuah
sihir pada waktu yang hampir bersamaan, menempatkan defensive magic pada kami
bertiga.
Seperti yang diharapkan, aku
bisa menghancurkan dua lapisan dari defensive magic ini dengan satu tebasan
dari sebuah magic-augmented sword.
Si demon pasti bisa melakukan
hal yang sama dengan sihirnya, Ruli dan Alma bisa menghancurkan dua lapisan
juga jika mereka sedikit lebih terlatih.
Alma mungkin bisa melakukannya
di sini sekarang juga jika aku mengajari diri-nya
enchant magic selain dari yang sederhana
yang memuat mana.
Pada dasarnya itu cukup
terhadap seseorang yang hanya menggunakan chant magic.... tetapi kamu tidak
dapat menyangkal kurangnya kekuatannya.
"Oy, ada seorang Crest
Diskualifikasi!"
"Kamu benar! Ia seorang
Crest Diskualifikasi! Dan ada apa dengan pakaian itu, dia akan bertarung
‘kan!"
"Oy, Crest
Diskualifikasi, ini bukan tempat untuk-mu bermain-main! Aku kagum kamu bahkan
akan diterima di Akademi Kedua tidak peduli seberapa buruknya itu!"
Si demon berteriak ketika
melihat-ku.
Tampaknya demon itu
menyembunyikan karakteristik demonicnya dengan
sihir penyamaran dan bahkan telah memasangkan sebuah Glory Crest palsu di
tubuhnya.
Kedua siswa lainnya yang
bersama demon itu (keduanya adalah manusia dengan Glory Crest) mengangkat suara
mereka, dan kemudian cemoohan dilemparkan dari kursi penonton dari para
pengunjung Akademi Pertama.
Para pengunjung Akademi Kedua
mencemooh mereka kembali sebagai pembalasan.
Mereka mengatakan apa saja
yang mereka suka, seperti “Bajingan pengecut yang bahkan tidak bisa memegang
pedang adalah orang yang bisa bicara”.
Memang benar, para siswa
Akademi Pertama tidak membawa senjata seperti Akademi Kedua.
Sebagai gantinya mereka
membentengi diri mereka dengan armor buatan mithril. Armor itu mungkin sedikit
efektif, karena defensive magic arena ini adalah sejenis yang menangkis sihir
sebelum menyentuh kulitmu, namun... Mempertimbangkan Ruli dan Alma bisa
menghancurkan barrier dalam satu pukulan, itu tidak tampak seperti akan membantu.
Mereka tampaknya sedikit
memandang rendah pada Crest Diskualifikasi.... Aku rasa mereka terspesialisasi
dalam chantless magic
jarak jauh.
Ngomong-ngomong, kursi
penonton dipenuhi oleh para siswa dan para guru dari kedua belah pihak serta
beberapa puluh dari apa yang tampaknya menjadi petinggi magician.
Dengan demikian, venue
besar sebagian besar kosong.
"Umm! Hanya karena dia
memiliki sebuah Crest Diskualifikasi..."
"Ruli, terima kasih sudah
melindungiku. Namun, kamu hanya akan membuang-buang waktu dengan orang-orang
ini."
Ruli melindungiku.
Alma juga sepertinya ingin
mengatakan sesuatu, tetapi aku menghentikannya.
Tidak perlu dengan sengaja
memberi tahu musuh kekuatanku.
Diri-ku saat ini tidak mampu
membiarkan pertahanan-ku menurun melawan seorang demon.
Sepertinya demon itu masih
akan berpura-pura menjadi seorang manusia untuk saat ini.... Yah, bagaimana
cara mengeksposnya.
"Benar juga, tidak ada
gunanya mengatakan sesuatu kepada orang-orang yang tertawa begitu mereka
melihat crest orang lain. Aku hampir membuang-buang napas-ku di sana."
"Hmph. Apa yang kau
gonggongkan, kau pikir Crest Diskualifikasi dapat menang melawan Glory Crest.
Melindungi Crest Diskualifikasi ini berarti kau sama. Aku akan mengalahkan-mu
bersamaan."
Saat kami berbicara... atau
lebih tepatnya saling melecehkan satu sama lain, sang wasit berada di antara
kami.
"Kita sekarang akan
memulai pertandingan interpersonal! Kedua belah pihak, ambil posisi-mu!"