17-Istirahat : Melankolis Liza



"——Saya tidak bisa berdiri di sebelah master."

Aku bergumam pada diriku di sub-space Great Desert.

Hal yang aku dengar dari Arisa dan Mito.

Bahwa gundukan ungu yang muncul di seluruh dunia adalah hasil perbuatan para dewa, dan bahwa mereka tidak dapat dirusak oleh apa pun selain sihir anti-dewa.

Aku melihat dragon spear di tanganku.
Tidak mungkin aku bisa melakukan apa pun terhadap sesuatu yang bahkan ancient dragon fang sword milik master tidak dapat melukai.

Sebuah bayangan besar membayangi-ku tepat saat aku meratapi ketidakberdayaan-ku.

Ada apa rival kecil-ku.

Bayangan besar mendarat di dekat-ku sambil meniup pasir di sekitar.
Ia temannya master, black dragon Heiron.

Deathmatch?
"Tidak, saya tidak merasa ingin melakukannya sekarang."
...Aneh.

Black dragon Heiron memutar lehernya yang panjang dan menatapku dari depan.

Ceritakanlah kekhawatiranmu kepadaku.
"Saya."

Bagaimana aku harus mengungkapkan ini.

" Saya seorang lizardkin yang serakah."

Aku ingin berguna untuk master.
Aku ingin menjadi seseorang yang bisa diandalkan oleh master seorang.

Untuk mengubahnya menjadi kenyataan——.

"Saya ingin menjadi seorang makhluk yang mampu melukai dewa."
Kalau begitu, jadilah salah satunya, kenapa tidak?

Black dragon Heiron mengatakan itu dengan tak acuh.

"Itu adalah suatu hal yang mustahil bahkan dengan ancient dragon fang sword milik master. Dengan yang lebih rendah yang saya miliki ——"
Tidak cukup semangat.
"——Eh?"

Black dragon Heiron menatapku dari atas.

Aku mengatakan, kamu tidak memiliki cukup semangat.
"Itu bukan celah yang bisa dikubur hanya dengan semangat ——"

Black dragon Heiron menyela-ku.

Kami sudah melakukannya.

Aku menunggu dia untuk melanjutkan.

Setelah bertarung dengan lawan di luar jangkauan kami selama ribuan, sepuluh ribu tahun, hasil dari itu adalah penciptaan taring yang mampu [Menusuk Apa Pun].
"Itu mungkin karena kamu adalah dragon dengan kehidupan abadi."

Aku mengemukakan alasan seperti anak kecil kepada seseorang yang mencoba menghibur-ku.
Menyadari betapa manjanya diri-ku, aku menundukkan kepalaku dengan malu.

Ya ampun, kamu mempunyai senjata dragon fang, kamu mempunyai kekuatan yang bisa menyaingiku meskipun lemah, tapi lihat keadaanmu sekarang.

Black dragon mendengus dengan kuat hampir membuatku terbang.

O rival kecil-ku, apa yang telah kamu pelajari dari nenek ancient dragon.

—— Ancient Dragon?

"Tapi saya belum pernah bertemu ancient dragon-sama?"
Belum? Fumu, aku rasa itu adalah Kuro?

Mata black dragon Heiron berkeliaran.
Sesuatu menggelitik-ku lebih dari kesempatan untuk menggoda kesalahannya.

"Tolong katakan pada saya, apa yang dipelajari master dari ancient dragon-sama."

Black dragon Heiron memberitahuku apa yang dipelajari master.
Bahkan ketika mengeluh bahwa dia tidak suka melakukannya karena itu merepotkan, namun black dragon Heiron mendemonstrasikan membuat seekor kambing dari pasir.

"I-ini adalah primeval magic ——"
Benar. Sebuah ancient magic yang mampu mengubah bentuk dengan keinginan kuat.

Itu akan menjadi kekuatan yang akan menembus batasku.
Itulah yang mau disampaikan oleh black dragon Heiron.

Aku melihat kekuatan telah tinggal di mata-mu sekali lagi. Lawan, O rival kecilku. Dan hancurkan batasannya.

Bwoosh, black dragon Heiron merentangkan sayapnya, dan kemudian melompat ke udara sambil chanting wind magic seperti sedang bernyanyi.

Aku menundukkan kepalaku untuk berterima kasih pada black dragon Heiron karena memberiku [kesadaran].


Kalau dipikir-pikir——.

"Tama."
"Aye ~?"

Tama muncul dari bayanganku di tanah.

"Tolong bawah Pochi ke sini."
"Aye"

Tama menyelam ke dalam bayangan dan segera muncul kembali bersama dengan Pochi.
Sepertinya mereka bermain di dalam bayangan bersama-sama.

"Kamu memanggil, Pochi melompat keluar, jambalaya nanodesu."
"Pochi, saya mempunyai sebuah pertanyaan untukmu."

Aku teringat cerita tentang bagaimana Arisa melukai Dewa Zaikuon dengan sihir anti-dewa selama divine punishment dan bertanya kepada Pochi yang hadir di tempat tentang detailnya.

"Demon lord great weasel Ryuuga Kakujirain, pergi seperti boom di bawah yellow giant dan meniupnya, nanodesu."

Gelombang kejut dari ledakan itu menghancurkan holy sword Durandal yang dimiliki Pochi dan bahkan menembus Phalanx.

Ryuuga Kakujirain —— jika aku ingat benar, itu adalah nama dari sebuah senjata milik master yang pernah disebutkan sebelumnya.
Menggunakan ledakan dari sebuah ledakan besar untuk menyebarkan fragment dragon fang ke sekitar, memberikan kerusakan sambil mengabaikan segala jenis pertahanan.
Dengan kata lain, dragon fang mampu melukai dewa tergantung pada bagaimana itu digunakan.

Ryuuga Kakujirain mungkin telah dinyalakan menggunakan Skill Unik demon lord great weasel —— kekuasaan dari para dewa.
Tapi apa pun yang bisa dilakukan oleh demon lord atau dragon seharusnya bisa dilakukan untuk kami.

"Pochi, Tama, saya akan memulai sebuah quest untuk melatih diri saya sendiri sekarang juga. Apakah kamu ingin ikut?"
"Tentu nanodesu. Pochi akan semakin kuat dan mendapat banyak pujian dari master nodesuyo."
"Tama juga ~?"

Keduanya langsung memberikan respons positif terhadap pertanyaan-ku.

Selain itu, saat ini kami tidak perlu khawatir tentang di mana harus berlatih.

Arisa, saya ingin meminta sesuatu padamu.

Aku memanggil Arisa melalui alat sihir komunikasi dan memintanya untuk mengirim kami ke tempat yang tidak berpenghuni dengan sebuah gundukan ungu.

Tidak ada tempat yang lebih baik untuk uji coba.

Aku menusukkan dragon spear-ku ke gundukan ungu.
Seperti yang diduga, dragon spear-ku baru saja melewati gundukan.

"——Aku yang sekarang tidak bisa berdiri di sebelah master."

Aku mengangkat wajah-ku karena akan terjurai.

"Tapi aku pasti akan tiba di tempat itu."

Sama seperti bagaimana para dragon mengganti diri mereka dengan tekad, kami juga akan berusaha untuk menjadi diri kami yang baru.

Dengan sebuah tekad untuk benar-benar menusuknya di hatiku, aku mendorong dragon spear-ku ke depan.

Untuk berdiri di sebelah master dengan kepala-ku diangkat tinggi-tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan. Pungunjung Sopan, para Penunggu Segan...